Ari
Andriyani1
ABSTRAK
Tujuh puluh persen wanita yang melahirkan pervaginam
sedikit banyak mengalami trauma perineal yang berhubungan dengan morbiditas
postnatal dengan robekan yang mengenai spingter anal yang tidak terlaporkan.
Robekan ini bisa berhubungan dengan inkontinensia tetap post partum yang
menyengsarakan. Masase Perineum Dan Supercrowning
merupakan prosedur alternatif untuk mengurangi laserasi perineum. Tujuan dari
penelitian ini adalah diketahuinya
perbedaan derajat ruptur perineum pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok
masase perineum dan kelompok masase perineum dan supercrowning pada
primipara di Puskesmas Mergangsan.
Penelitian ini
merupakan penelitian True eksperimental dengan menggunakan desain The
Post Test With Control Group Design. Lokasi penelitian di Puskesmas
Mergangsan pada bulan Juli-September 2008. Subjek penelitian adalah
primigravida umur kehamilan 34 minggu yang memenuhi kriteria inklusi dan
eklusi. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel 45 yang dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu: 15 primigavida
mendapat perlakuan masase perineum dan supercrowning, 15 primigavida mendapat
perlakuan masase perineum, dan 15
primigavida sebagai kelompok kontrol. Tehnik analisis menggunakan program R
versi 2.6.0 dengan uji kruskal-wallis.
Ada perbedaan bermakna antara ketiga kelompok perlakuan
dalam mencegah laserasi perineum dengan nilai 6,2025 p-value < 0,05. Perbedaan median ketiga kelompok perlakuan
tersebut adalah: masase perineum dan supercrowning
1, masase perineum 2, kelompok kontrol 2.
kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa perlakuan
masase perineum mulai kehamilan 34 minggu dan supercrowning saat kala II mencegah laserasi perineum pada ibu
bersalin.
Kata kunci: Masase perineum, supercrowning, primipara, ruptur perineum.
1.
Akademi Kebidanan Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar