Minggu, 24 Juni 2012

ANALISIS FAKTOR RESIKO TERJADINYA RESISTENSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDARLAMPUNG TAHUN 2011.

Khoidar Amirus 1, Suwito 1, Ferizal Masra 2
ABSTRAK
Terjadinya resistensi merupakan akibat ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu yang dapat berupa resistensi alamiah, resistensi kromosomal, resistensi ekstrakromosomal dan resistensi silang. Pengobatan penyakit tuberkulosis banyak menggunakan antibiotik sehingga penderita tuberkulosis beresiko terjadi resistensi. Faktor terjadinya resistensi pada dasarnya merupakan suatu fenomena buatan manusia (man-made phenomenon) sebagai akibat pengobatan yang tidak adekuat. Penelitian ini bertujuan diketahuinya faktor resiko yang mempengaruhi kejadian resistensi obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosis paru di Kota Bandarlampung.
Penelitian ini merupakan jenis analitik observasional menggunakan rancangan case-control dengan variabel independen riwayat pengobatan, kepatuhan, pemantauan laboratorium, penyakit penyerta dan tempat pelayanan. Populasi studi adalah semua penderita tuberkulosis paru yang telah dinyatakan resisten dan sembuh dengan jumlah sampel 94 responden (47 kasus dan 47 kontrol). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi dokumentasi kemudian data dianalisis dengan uji statistik chi-square dan regresi logistik ganda model prediksi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan riwayat pengobatan (p = 0.00) ada hubungan riwayat kepatuhan (p = 0.00), ada hubungan riwayat pemantauan laboratorium (p = 0.00), tidak ada hubungan riwayat penyakit penyerta (p = 0.655), tidak ada hubungan riwayat tempat pelayanan (p = 0.171) dengan terjadinya resistensi OAT. Faktor resiko yang paling utama berpengaruh adalah riwayat pengobatan (OR-Adjasted 47.762) dan kedua riwayat pemantauan laboratorium (OR-Adjasted 5.326) dengan nilai probabilitas 94.9 %. Disimpulkan bahwa riwayat pengobatan dan pemantauan laboratorium merupakan faktor resiko terjadinya resistensi OAT di Kota Bandarlampung. Sehingga disarankan penatalaksanaan tuberkulosis harus sesuai dengan guideline seperti dosis, regimen, masa pengobatan yang tepat dan menerapkan strategi DOTS kemudian penyediaan laboratorium pemeriksaan biakan dan uji kepekaan untuk memantau kemajuan pengobatan serta diperlukan dukungan keluarga, tokoh masyarakat dan pemerintah.

Kata Kunci    : Resistensi OAT, Pengobatan, Pemantauan Laboratorium
1.    Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati B. Lampung
2.    Politeknik Kesehatan Dep-Kes RI Tanjung Karang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar